Tekanan Darah dan Hipotensi
1.
Definisi dan Fisiologi Tekanan Darah.
Tekanan darah adalah
tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri saat darah dipompakan keluar dari
jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah berarti kekuatan yang diperlukan agar
darah dapat mengalir dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan
tubuh manusia.
Tekanan ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, volume, keadaan
pembuluh darah dan kekentalan darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena
siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik sedangkan tekanan diastolikadalah tekanan terendah yang terjadi saat
jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik. Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri dan viskositas darah (Smeltzer
& Bare, 2006). Tekanan darah normal orang dewasa pada umumnya 120/80 mmHg.
Batas diastole dikatakan normal adalah 60-90 mmHg sedangkan sistole dikatakan
normal di atas 90 – 140 mmHg. Dikatakan hipertensi apabila tekanan darah
sistolik (TDS) diatas 140 mmHg (Puspitorini, 2008).
Beberapa hal yang dapat
meningkatkan aliran balik vena adalah peningkatan volume darah. Pada kondisi
tonus atau kontraktilitas vaskuler berkurang serta adanya kelumpuhan otot
seperti pada blok anestesi venous return tidak terjadi secara maksimal, karena
secara fisiologis pooling terjadi akibat gaya gravitasi tidak teratasi (Guyton
& Hall, 2008).
Unit standar untuk untuk
pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mmHg). Pengukuran
menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai kolom air raksa,
Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum diastolik (Corwin,
2009).
Sebenarnya tekanan darah
berarti kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding
pembuluh darah. Bila tekanan pada air raksa 50 mmHg itu berarti bahwa kekuatan
yang dihasilkan adalah cukup untuk mendorong kolom air raksa sampai setinggi 50
milimeter (mm).
Demikian juga bila
tekanan 100 mmHg akan mendorong kolom air raksa setinggi 100 milimeter.
Kadang-kadang tekanan dinyatakan dalam centimeter air (cm H2O), Setiap kenaikan
tekanan 1,36 cm H2O akan menaikkan tekanan sebanyak 1 mm tekanan air raksa.
(Guyton & Hall, 2008).
Pada saat terlentang
tekanan rongga abdomen juga berpengaruh terhadap curah jantung yang berasal
dari ekstremitas bawah. Tekanan normal rongga peritoneal pada seseorang yang
terlentang rata-rata 6 mmHg, tetapi sewaktu-waktu dapat mengalami peningkatan
sampai 15 mmHg akibat kehamilan, tumor besar dan kelebihan cairan di rongga peritoneal.
Bila hal ini terjadi tekanan di vena tungkai harus naik diatas tekanan abdomen
agar vena abdomen terbuka dan memungkinkan darah mengalir dari tungkai ke
jantung (Guyton & Hall, 2008). Besarnya tekanan darah tidak konstan karena
dipengaruhi oleh banyak faktor secara kontinu sepanjang hari. Besarnya tekanan
darah dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, status emosi, nyeri dan obat-obatan
(Palmer & William, 2005).
2.
Hipotensi
Hipotensi didefinisikan
tekanan darah sistolik turun sampai 90 mmHg atau dibawahnya. Hal ini bisa
disebabkan oleh turunnya curah jantung dan turunya tahanan pembuluh darah
perifer. Hipotensi bisa dapat menyebabkan perfusi ke jaringan menjadi
terganggu, oleh karena itu harus mendapatkan perhatian dan penanganan yang
tepat (Potter & Perry, 2005).
Penurunan tekanan darah
sistolik > 20% dari tekanan darah sistolik awal juga bisa dikatagorikan
sebagai hipotensi dan hal ini sering dijumpai pada pasien dengan spinal
anestesi (Rahtmell, 2004).
Salah satu monitoring
hemodinamik yang sering dilakukan untuk mengetahui keefektipan curah jantung
dengan melihat tekanan sistolik dan diastolik adalah tekanan darah arteri
rata-rata atau yang sering disebut mean arterial pressure (MAP). Tekanan darah
arteri rata-rata merupakan tekanan yang mendorong darah melewati sistem
sirkulasi. Penghitungan secara matematis atau secara elektronik dapat dilakukan
untuk mengetahui nilai dari tekanan darah arteri rata-rata. Adapun rumus yang
digunakan untuk mendapatkan nilai tekanan darah arteri rata-rata adalah: nilai tekanan
darah sitolik ditambah dua kali nilai tekanan diastolik, kemudian dibagi tiga.
Angka normal untuk tekanan darah arteri rata-rata adalah 70-105 mmHg (Darovich,
2008). Nilai MAP kurang dari 70 mmHg akan mengganggu perfusi jaringan dan
penurunan tekanan darah sistolik > 20% dari tekanan darah sistolik pre
operatif dapat dikatagorikan sebagai hipotensi (Aitkenhead A.R, 2007).
3.
Hipotensi pada Spinal Anestesi.
Respon kardiovaskuler
terhadap spinal anestesia merupakan akibat dari blok saraf simpatis yang
diinduksi obat anestesi lokal intratekal. Impuls simpatis dibawa oleh serat
saraf Aδ dan serat C, yang dapat diblok dengan mudah oleh obat anestesi lokal.
Blok simpatis biasanya mencapai beberapa dermatom di atas blok sensoris selama
periode spinal anestesi. Serat saraf simpatis berasal dari medula spinalis dari
T1 sampai L2, sehingga blok simpatis total dapat terjadi dengan blok sensoris
setinggi thorakal (Benzon, 2005).
Blok simpatis
menyebabkan vasodilatasi arteriole, secara khas menyebabkan penurunan tahanan
vaskuler sistemik sebesar 15-20%. Sebagai catatan, pada keadaan ini otot polos
arteriol masih memiliki autoregulasi lokal, dimana tonus vasomotor tersebut
masih dapat dimodulasi oleh kebutuhan metabolisme lokal. Sebaliknya, tonus vena
hilang secara penuh pada blok simpatis. Karena itu, venous pooling terjadi selama
spinal anestesia dan venous return menjadi tergantung terhadap gravitasi dan
tekanan negatif intrathorak selama pernafasan spontan.
Karena tahanan vaskuler
sistemik (afterload) menurun selama spinal anestesi dan preload menjadi penentu
utama dari curah jantung, pemberian cairan intravena dan posisi pasien
merupakan tindakan utama dalam mencegah hipotensi selama spinal anestesi
(Rathmell, 2004).
Manifestasi yang umum
pada spinal anestesi adalah hipotensi. Pada 5- 10 menit pertama adalah waktu
dimana hipotensi terjadi pada pasien spinal anestesi, oleh karena itu
pemantauan tekanan darah dilakukan ketat pada menit-menit tersebut (Liguori, 2007).
Pada penelitian yang dilakukan Wiwi Handayani tahun 2013, didapatkan setelah
spinal anestesi rata-rata tekanan darah sistolik adalah 99,59 mmHg dan
rata-rata tekanan darah diastolik pada nilai 58,65 mmHg.