Kamis, 26 Mei 2016

Tekanan Darah dan Hipotensi

Tekanan Darah dan Hipotensi
1.        Definisi dan Fisiologi Tekanan Darah.
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri saat darah dipompakan keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah berarti kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan tubuh manusia.
Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, volume, keadaan pembuluh darah dan kekentalan darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik sedangkan tekanan diastolikadalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri dan viskositas darah (Smeltzer & Bare, 2006). Tekanan darah normal orang dewasa pada umumnya 120/80 mmHg. Batas diastole dikatakan normal adalah 60-90 mmHg sedangkan sistole dikatakan normal di atas 90 – 140 mmHg. Dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik (TDS) diatas 140 mmHg (Puspitorini, 2008).
Beberapa hal yang dapat meningkatkan aliran balik vena adalah peningkatan volume darah. Pada kondisi tonus atau kontraktilitas vaskuler berkurang serta adanya kelumpuhan otot seperti pada blok anestesi venous return tidak terjadi secara maksimal, karena secara fisiologis pooling terjadi akibat gaya gravitasi tidak teratasi (Guyton & Hall, 2008).
Unit standar untuk untuk pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mmHg). Pengukuran menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai kolom air raksa, Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum diastolik (Corwin, 2009).
Sebenarnya tekanan darah berarti kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah. Bila tekanan pada air raksa 50 mmHg itu berarti bahwa kekuatan yang dihasilkan adalah cukup untuk mendorong kolom air raksa sampai setinggi 50 milimeter (mm).
Demikian juga bila tekanan 100 mmHg akan mendorong kolom air raksa setinggi 100 milimeter. Kadang-kadang tekanan dinyatakan dalam centimeter air (cm H2O), Setiap kenaikan tekanan 1,36 cm H2O akan menaikkan tekanan sebanyak 1 mm tekanan air raksa. (Guyton & Hall, 2008).
Pada saat terlentang tekanan rongga abdomen juga berpengaruh terhadap curah jantung yang berasal dari ekstremitas bawah. Tekanan normal rongga peritoneal pada seseorang yang terlentang rata-rata 6 mmHg, tetapi sewaktu-waktu dapat mengalami peningkatan sampai 15 mmHg akibat kehamilan, tumor besar dan kelebihan cairan di rongga peritoneal. Bila hal ini terjadi tekanan di vena tungkai harus naik diatas tekanan abdomen agar vena abdomen terbuka dan memungkinkan darah mengalir dari tungkai ke jantung (Guyton & Hall, 2008). Besarnya tekanan darah tidak konstan karena dipengaruhi oleh banyak faktor secara kontinu sepanjang hari. Besarnya tekanan darah dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, status emosi, nyeri dan obat-obatan (Palmer & William, 2005).
2.        Hipotensi
Hipotensi didefinisikan tekanan darah sistolik turun sampai 90 mmHg atau dibawahnya. Hal ini bisa disebabkan oleh turunnya curah jantung dan turunya tahanan pembuluh darah perifer. Hipotensi bisa dapat menyebabkan perfusi ke jaringan menjadi terganggu, oleh karena itu harus mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat (Potter & Perry, 2005).
Penurunan tekanan darah sistolik > 20% dari tekanan darah sistolik awal juga bisa dikatagorikan sebagai hipotensi dan hal ini sering dijumpai pada pasien dengan spinal anestesi (Rahtmell, 2004).
Salah satu monitoring hemodinamik yang sering dilakukan untuk mengetahui keefektipan curah jantung dengan melihat tekanan sistolik dan diastolik adalah tekanan darah arteri rata-rata atau yang sering disebut mean arterial pressure (MAP). Tekanan darah arteri rata-rata merupakan tekanan yang mendorong darah melewati sistem sirkulasi. Penghitungan secara matematis atau secara elektronik dapat dilakukan untuk mengetahui nilai dari tekanan darah arteri rata-rata. Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai tekanan darah arteri rata-rata adalah: nilai tekanan darah sitolik ditambah dua kali nilai tekanan diastolik, kemudian dibagi tiga. Angka normal untuk tekanan darah arteri rata-rata adalah 70-105 mmHg (Darovich, 2008). Nilai MAP kurang dari 70 mmHg akan mengganggu perfusi jaringan dan penurunan tekanan darah sistolik > 20% dari tekanan darah sistolik pre operatif dapat dikatagorikan sebagai hipotensi (Aitkenhead A.R, 2007).
3.        Hipotensi pada Spinal Anestesi.
Respon kardiovaskuler terhadap spinal anestesia merupakan akibat dari blok saraf simpatis yang diinduksi obat anestesi lokal intratekal. Impuls simpatis dibawa oleh serat saraf Aδ dan serat C, yang dapat diblok dengan mudah oleh obat anestesi lokal. Blok simpatis biasanya mencapai beberapa dermatom di atas blok sensoris selama periode spinal anestesi. Serat saraf simpatis berasal dari medula spinalis dari T1 sampai L2, sehingga blok simpatis total dapat terjadi dengan blok sensoris setinggi thorakal (Benzon, 2005).
Blok simpatis menyebabkan vasodilatasi arteriole, secara khas menyebabkan penurunan tahanan vaskuler sistemik sebesar 15-20%. Sebagai catatan, pada keadaan ini otot polos arteriol masih memiliki autoregulasi lokal, dimana tonus vasomotor tersebut masih dapat dimodulasi oleh kebutuhan metabolisme lokal. Sebaliknya, tonus vena hilang secara penuh pada blok simpatis. Karena itu, venous pooling terjadi selama spinal anestesia dan venous return menjadi tergantung terhadap gravitasi dan tekanan negatif intrathorak selama pernafasan spontan.
Karena tahanan vaskuler sistemik (afterload) menurun selama spinal anestesi dan preload menjadi penentu utama dari curah jantung, pemberian cairan intravena dan posisi pasien merupakan tindakan utama dalam mencegah hipotensi selama spinal anestesi (Rathmell, 2004).

Manifestasi yang umum pada spinal anestesi adalah hipotensi. Pada 5- 10 menit pertama adalah waktu dimana hipotensi terjadi pada pasien spinal anestesi, oleh karena itu pemantauan tekanan darah dilakukan ketat pada menit-menit tersebut (Liguori, 2007). Pada penelitian yang dilakukan Wiwi Handayani tahun 2013, didapatkan setelah spinal anestesi rata-rata tekanan darah sistolik adalah 99,59 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik pada nilai 58,65 mmHg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar