Komplikasi Spinal Anestesi
Ada beberapa komplikasi
yang terjadi pada spinal anestesi. Efek sistemik utama yang diamati setelah
spinal anestesi umunya bersifat kardiovaskuler dan disebabkan oleh blok
preganglion simpatis oleh anestesi lokal. Komplikasi yang sering terjadi pada
spinal anestesi adalah hipotensi yang disebabkan oleh blok simpatis, dimana
derajat hipotensi bervariasi dan bersifat individual. Penurunan tekanan darah
setelah penyuntikan spinal anestesi biasanya terjadi pada 5-10 menit pertama setelah
penyuntikan sehingga tekanan darah perlu diukur setiap dua menit selama periode
ini. Derajat hipotensi berhubungan ketinggian blok saraf simpatis (Liguori,
2007).
Komplikasi lain yang
berhubungan dengan anestesi spinal adalah blok spinal tinggi, yang biasanya terjadi
pada pemberian dosis berlebihan, dan gagalnya menurunkan dosis standar pada
pasien-pasien tertentu (contohnya pasien tua, hamil, obesitas atau sangat
pendek) atau dapat pula terjadi pada pasien yang memiliki sensitifitas terhadap
obat dan penyebaran obat anestesi lokal. Pasien biasanya mengeluh kesukaran bernafas
(dyspnea) dan kelemahan pada ekstremitas atas. Mual dengan atau tanpa muntah
terjadi sebelum hipotensi. Ketika hal itu terjadi, pasien seharusnya dinilai
kembali, diberikan oksigenasi kemudian bradikardi serta hipotensi diperbaiki
(Morgan, 2011)
Anestesi spinal dapat
naik menuju tingkat servikal, menyebabkan hipotensi yang berat, bradikardi dan
gagal nafas. Pasien dapat jatuh pada keadaan tidak sadar, apnea dan hipotensi
yang semakin berat. Keadaan ini biasa disebut sebagai total spinal. Penanganan
yang perlu dilakukan berupa mempertahankan jalan nafas, ventilasi dan sirkulasi
yang adekuat. Ketika terjadi gagal nafas, sebagai tambahan suplementasi oksigen
diberikan ventilasi, intubasi dan bila perlu ventilasi mekanik (Keat, 2012)
Hipotensi yang berat
dapat menyebabkan henti jantung yang merupakan komplikasi yang serius dari
spinal anestesi bahkan bisa menyebabkan kematian. Pernah dilaporkan terjadi 28
kasus henti jantung dari 42,521 pasien oleh karena hipotensi yang berat pada
spinal anestesi (Benzon, 2005). American Society of Anesthseiologist juga
menyatakan ada 14 kasus mengalami henti jantung selama spinal anestesi.
Sebagian besar henti jantung pada spinal anestesi terjadi oleh karena hipotensi
yang berat yang tidak tertangani dengan baik (Rathmell, 2004).
Hipotensi dapat
berakibat suplay darah kejaringan akan menurun sehingga menyebabkan gangguan
perfusi organ dan oksigenasi tidak adekuat (Price, 2006). Hipotensi yang
terjadi pada spinal anestesi dapat diterapi dengan tindakan medis berupa
pemberian cairan intravena dengan cepat dan penggunaan vasopressor. Pemberian
intervensi fisik seperti posisi meninggikan kaki/elevasi, akan membantu
meningkatkan curah jantung akibat vasodilatasi (Kate, 2012).
Selain itu, dapat pula
terjadi post-dural puncture headache (PDPH) dapat terjadi 2-7 hari setelah
spinal dilakukan, hal ini dimungkinkan terjadi karena terjadi robekan pada
dura. Hematoma karena adanya perdarahan minor pada saluran spinal, meningitis
dan arachnoiditis karena kontaminasi alat yang tidak steril dan cairan yang
diinjeksikan atau karena organisme pada kulit (Morgan, 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar